Deskripsi Wanita Pria (Waria)
Hampir
diseluruh negara didunia selalu ada yang namanya waria. Termasuk di Indonesia
sendiri, pada tahun 2006 Departemen Kesehatan memperkirakan jumlah waria di
Indonesia adalah 20.960 hingga 35.300 orang. Dan jumlahitu semakin meningkat
tiap tahunnya.
Wanita
pria atau sering disebut dengan waria adalah laki-laki yang lebih suka berperan
sebagai perempuan dalam kehidupan sehari-harinya. Keberadaan waria telah
tercatat sejak lama dalam sejarah dan memiliki posisi yang berbeda-beda dalam
setiap masyarakat. Ahli psikologi, Nadia (2005), mendefinisikan waria sebagai
individu yang sejak lahir memiliki jenis kelamin laki-laki, akan tetapi dalam
proses berikutnya menolak bahwa dirinya seorang laki-laki. Maka waria melakukan
berbagai usaha untuk menjadi perempuan (merubah sikap dan penampilan). Ahli
Psikologi, Koeswinaryo (2004) menyatakan bahwa dalam konteks psikologis waria
termasuk transseksual, yakni individu yang secara fisik memiliki jenis kelamin
yang jelas, namun secara psikis cenderung untuk menampilkan diri sebagai lawan
jenis.
Arti
transseksual sendiri, Yash (2003) mengartikan transseksual sebagai masalah
identitas jenis kelamin, kesadaran mental yang dimiliki individu tentang jenis
kelaminnya, laki-laki atau perempuan. Yang lebih sederhananya menurut Devault
& Lyarber (2005), transseksual adalah individu yang identitas gender dan
anatomi seksualnya tidak cocok. Seorang transseksual merasa dirinya terjebak
dalam tubuh dan anatomi yang salah. Walters & Ross (1986) menyebutkan
bahwa, transseksual berusaha untuk diterima menjadi anggota dari kelompok jenis
kelamin yang berbeda.
Dapat disimpulkan bahwa waria adalah
individu yang merasa identitas jenis kelaminnya berbeda dengan jenis kelamin
yang dimikinya secara fisik, dimana ia berusaha untuk diterima sebagai anggota
jenis kelamin yang berbeda dari jenis kelamin yang dimilikinya secara fisik.
Waria di Mata Islam
Pada
kenyataannya waria di dunia terbagi atas dua jenis, yaitu:
1.
Seseorang
yang menjadi waria karena factor bawaan dari lahir
Waria kategori ini tidak berdosa, namun ia harus segera mendapatkan
ketentuan yang jelas mengenai jenis kelaminnya. Karena dalam Islam tidak
dibenarkan seseorang hidup dengan dua jenis kelamin. Operasi kelamin boleh
dilakukan apabila alasan dan tujuannya adalah untuk memperbaiki dan mengobati,
bukan untuk mengubah kodratnya.
Allah berfirman : Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat
dekat (Q.S. Al-Baqarah 2:21). Maka Allah akan membantu asalkan tujuannya baik.
2.
Seseorang
yang dilahirkan dengan jenis kelamin yang normal, tetapi ingin merubah
kodratnya sebagai lawan jenis kelaminnya
Seseorang yang mengalami hal ini
tentu sangan berdosa dan sudah menyalahi kodrat. Karena Allah SWT telah
menakdirkannya untuk terlahir sebagai lelaki atau perempuan, dan sangatlah
haram bagi orang tersebut untuk merubahnya.
Allah berfirman : Hri manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa, bersuku-suku supaya kamu dapat saling mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S.
Al-Hujurat 49:13)
Nabi bersabda : Allah SWT mengutuk seseorang lelaki yang bertingkah
laku seperti perempuan dan mengutuk perempuan yang bertingkah laku seperti
laki-laki. (HR. Ahmad)
Faktor Penyebab
Yash (2003) mengelompokkan teori-teori
yang menyebabkan seseorang mengalami transseksualisme, yaitu :
1)
Teori
bawaan
a.
Pengaruh
Genetika
Walter
& Ross (1986) menyatakan terdapat studi genetik pada transseksual yang
didalamnya terdapat keabnormalan kromosom. Tapi belum ada penjelasan yang kuat
mengenai penemuan ini. Nadia (2005) menyimpulkan bahwa jika seorang bayi
biasanya lahir dengan kromosom yang seimbang yaitu XX dan XY, maka pada waria
kromosom tersebut tidak seimbang (XXY). Hal inilah yang menimbulka lahirnya
laki-laku dengan ciri keperempuanan yang lebih melekat.
b.
Hormonal
Kekacauan
gender akan terjadi ketika otak memproduksi hormon secara abnormal. Gender
sebuah janin adalah sesuatu yang dapat diubah oleh apapun yang mengubah
keseimbangan hormonal dalam suplai darah janin, dimana sebuah ketidakseimbangan
kecil dapat menyebabkan kaburnya atau berpindahnya garis antar gender.
c.
Kondisi
otak
Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Zhou JN, Hofman MA, Gooren LJ, Swaab DF (1995,
dalam Yash 2003), ditemukan bahwa sebuah area otak yang dikenal dengan nama central
region of the bed nucleus af he stria terminalis (BTSc) lebih besar terjadi
pada laki-laki daripada perempuan.
d.
Jumlah
neuron
Didapatkan
hasil bahwa laki-laki memiliki hampir dua kali jumlah somatostatin neutron
dibandingkan perempuan. Jumlah neuron di dalam BRSc transseksual
laki-laki ke perempuan sama dengan jumlah neuron di dalam BTSc perempuan.
2)
Teori
lingkungan
Keadaan
seks/gender pada anak pada saat dibesarkan dan kosistensi yang mengikutinya
adalah penentu terbaik dari identitas gendernya di masa depan. Sadocks &
Sadocks mengemukakan bahwa pembentukan identitas gender dipengarui oleh interaksi
tempramen anak dan kualitas sikap dari orang tua. Kualitas hubungan anak-ibu
pada tahun-tahu pertama adalah penentu identitas anak. Selama masa-masa ini,
ibu biasanya menfasilitasi kesadaran kebanggaan dan identitas gender anak,
apakah anak dinilai sebagai perempuan atau laki-laki. Anak yang ditolak atau
diabaikan dapat menanamkan keyakinan bahwa mereka akan lebih dihargai jika
mereka mengadaptasi identitas gender yang berbeda.
3)
Zat-zat
kimia/polutan
Zat kimia
seperti beberapa jenis obat yang diberikan pada perempuan hamil (contoh diethylstilboestrol)
atau kontraseptif oral yang dikonsumsi setelah pembentukan, kadang menyebabkan
kondisi transseksual karena mengganggu proses hormonal.
Alasan umum lainnya yaitu :
1)
Faktor
ekonomi
Untuk
mencukupi kebutuhan ekonomi bisa saja menyebabkan seorang laki-laki berubah
menjadi waria. Bermula dengan perannya demi mendapatkan uang kemudian sering
menjalani hal seperti itu lama-lama menjadi kebiasaan yang membuatnya menjadi
terbiasa dan nyaman mengenakan pakaian seperti seorang perempuan.
2)
Faktor
trauma
Karena
pernah mendapat perlakuan yang tidak senonoh dari seseorang bisa juga membuat
laki-laki memilih menjadi lawan jenis sehingga merasa dirinya lebih nyaman.
3)
Faktor
pergaulan
Apabila sejak
kecil anak laki-laki sering bergaul dan bermain dengan teman-teman perempuan
tidak menutup kemungkinan anak laki-laki anak terbawa perilakunya sampai
dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar