Rabu, 31 Mei 2017

Waria



  
Deskripsi Wanita Pria (Waria)
Hampir diseluruh negara didunia selalu ada yang namanya waria. Termasuk di Indonesia sendiri, pada tahun 2006 Departemen Kesehatan memperkirakan jumlah waria di Indonesia adalah 20.960 hingga 35.300 orang. Dan jumlahitu semakin meningkat tiap tahunnya.
Wanita pria atau sering disebut dengan waria adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupan sehari-harinya. Keberadaan waria telah tercatat sejak lama dalam sejarah dan memiliki posisi yang berbeda-beda dalam setiap masyarakat. Ahli psikologi, Nadia (2005), mendefinisikan waria sebagai individu yang sejak lahir memiliki jenis kelamin laki-laki, akan tetapi dalam proses berikutnya menolak bahwa dirinya seorang laki-laki. Maka waria melakukan berbagai usaha untuk menjadi perempuan (merubah sikap dan penampilan). Ahli Psikologi, Koeswinaryo (2004) menyatakan bahwa dalam konteks psikologis waria termasuk transseksual, yakni individu yang secara fisik memiliki jenis kelamin yang jelas, namun secara psikis cenderung untuk menampilkan diri sebagai lawan jenis.
Arti transseksual sendiri, Yash (2003) mengartikan transseksual sebagai masalah identitas jenis kelamin, kesadaran mental yang dimiliki individu tentang jenis kelaminnya, laki-laki atau perempuan. Yang lebih sederhananya menurut Devault & Lyarber (2005), transseksual adalah individu yang identitas gender dan anatomi seksualnya tidak cocok. Seorang transseksual merasa dirinya terjebak dalam tubuh dan anatomi yang salah. Walters & Ross (1986) menyebutkan bahwa, transseksual berusaha untuk diterima menjadi anggota dari kelompok jenis kelamin yang berbeda.
            Dapat disimpulkan bahwa waria adalah individu yang merasa identitas jenis kelaminnya berbeda dengan jenis kelamin yang dimikinya secara fisik, dimana ia berusaha untuk diterima sebagai anggota jenis kelamin yang berbeda dari jenis kelamin yang dimilikinya secara fisik.


 Waria di Mata Islam
Pada kenyataannya waria di dunia terbagi atas dua jenis, yaitu:
1.      Seseorang yang menjadi waria karena factor bawaan dari lahir
Waria kategori ini tidak berdosa, namun ia harus segera mendapatkan ketentuan yang jelas mengenai jenis kelaminnya. Karena dalam Islam tidak dibenarkan seseorang hidup dengan dua jenis kelamin. Operasi kelamin boleh dilakukan apabila alasan dan tujuannya adalah untuk memperbaiki dan mengobati, bukan untuk mengubah kodratnya.
Allah berfirman : Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat (Q.S. Al-Baqarah 2:21). Maka Allah akan membantu asalkan tujuannya baik.
2.        Seseorang yang dilahirkan dengan jenis kelamin yang normal, tetapi ingin merubah kodratnya sebagai lawan jenis kelaminnya
Seseorang yang mengalami hal ini tentu sangan berdosa dan sudah menyalahi kodrat. Karena Allah SWT telah menakdirkannya untuk terlahir sebagai lelaki atau perempuan, dan sangatlah haram bagi orang tersebut untuk merubahnya.
Allah berfirman : Hri manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, bersuku-suku supaya kamu dapat saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujurat 49:13)
Nabi bersabda : Allah SWT mengutuk seseorang lelaki yang bertingkah laku seperti perempuan dan mengutuk perempuan yang bertingkah laku seperti laki-laki. (HR. Ahmad)

 Faktor Penyebab
Yash (2003) mengelompokkan teori-teori yang menyebabkan seseorang mengalami transseksualisme, yaitu :
1)      Teori bawaan
a.       Pengaruh Genetika
Walter & Ross (1986) menyatakan terdapat studi genetik pada transseksual yang didalamnya terdapat keabnormalan kromosom. Tapi belum ada penjelasan yang kuat mengenai penemuan ini. Nadia (2005) menyimpulkan bahwa jika seorang bayi biasanya lahir dengan kromosom yang seimbang yaitu XX dan XY, maka pada waria kromosom tersebut tidak seimbang (XXY). Hal inilah yang menimbulka lahirnya laki-laku dengan ciri keperempuanan yang lebih melekat.
b.      Hormonal
Kekacauan gender akan terjadi ketika otak memproduksi hormon secara abnormal. Gender sebuah janin adalah sesuatu yang dapat diubah oleh apapun yang mengubah keseimbangan hormonal dalam suplai darah janin, dimana sebuah ketidakseimbangan kecil dapat menyebabkan kaburnya atau berpindahnya garis antar gender.
c.       Kondisi otak
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zhou JN, Hofman MA, Gooren LJ, Swaab DF (1995, dalam Yash 2003), ditemukan bahwa sebuah area otak yang dikenal dengan nama central region of the bed nucleus af he stria terminalis (BTSc) lebih besar terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
d.      Jumlah neuron
Didapatkan hasil bahwa laki-laki memiliki hampir dua kali jumlah somatostatin neutron dibandingkan perempuan. Jumlah neuron di dalam BRSc transseksual laki-laki ke perempuan sama dengan jumlah neuron di dalam BTSc perempuan.
2)      Teori lingkungan
Keadaan seks/gender pada anak pada saat dibesarkan dan kosistensi yang mengikutinya adalah penentu terbaik dari identitas gendernya di masa depan. Sadocks & Sadocks mengemukakan bahwa pembentukan identitas gender dipengarui oleh interaksi tempramen anak dan kualitas sikap dari orang tua. Kualitas hubungan anak-ibu pada tahun-tahu pertama adalah penentu identitas anak. Selama masa-masa ini, ibu biasanya menfasilitasi kesadaran kebanggaan dan identitas gender anak, apakah anak dinilai sebagai perempuan atau laki-laki. Anak yang ditolak atau diabaikan dapat menanamkan keyakinan bahwa mereka akan lebih dihargai jika mereka mengadaptasi identitas gender yang berbeda.
3)      Zat-zat kimia/polutan
Zat kimia seperti beberapa jenis obat yang diberikan pada perempuan hamil (contoh diethylstilboestrol) atau kontraseptif oral yang dikonsumsi setelah pembentukan, kadang menyebabkan kondisi transseksual karena mengganggu proses hormonal.
Alasan umum lainnya yaitu :
1)      Faktor ekonomi
Untuk mencukupi kebutuhan ekonomi bisa saja menyebabkan seorang laki-laki berubah menjadi waria. Bermula dengan perannya demi mendapatkan uang kemudian sering menjalani hal seperti itu lama-lama menjadi kebiasaan yang membuatnya menjadi terbiasa dan nyaman mengenakan pakaian seperti seorang perempuan.
2)      Faktor trauma
Karena pernah mendapat perlakuan yang tidak senonoh dari seseorang bisa juga membuat laki-laki memilih menjadi lawan jenis sehingga merasa dirinya lebih nyaman.
3)      Faktor pergaulan
Apabila sejak kecil anak laki-laki sering bergaul dan bermain dengan teman-teman perempuan tidak menutup kemungkinan anak laki-laki anak terbawa perilakunya sampai dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar